DAMPAK
INSTRUMEN-INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER BI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
DISUSUN
OLEH:
MUHAMMAD
ROMI
1612110030
MANAJEMEN
S1
DOSEN
PENGAMPU:
Marah
Adjie P. Nasution, SE., MM,
FAKULTAS EKONOMI
INFORMATICS AND
BUSINESS INSTITUT DARMAJAYA
BANDAR LAMPUNG
2017
DAFTAR
ISI
DAFTAR
ISI............................................................................................................
KATA
PENGANTAR............................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................................. 2
1.3 Rumusan
Masalah............................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Jumlah Uang Beredar di Indonesia...................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Uang Beredar............................................................................. 3
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Uang
beredar.................................................. 3
2.1.3 Analisa Jumlah Uang Beredar di
Indonesia................................................. 4
2.1.4 Dampak Jumlah Uang Beredar.................................................................... 5
2.2 Kebijakan Moneter BI......................................................................................... 7
2.2.1 Jenis-Jenis Kebijakan Moneter...................................................................... 8
2.2.2 Instrumen Kebijakan Moneter....................................................................... 8
2.2.3
Dampak Kebijakan Moneter........................................................................ 9
2.2.4 Indikator Keberhasialan Instrumen
Kebijakan Moneter.............................. 11
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan.......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 15
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah Dampak
Kebijakan Moneter Bi Terhadap Perekonomian Indonesia. Meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterimakasih kepada Bapak Marah Adjie P.
Nasution, SE., MM, selaku Dosen mata kuliah Ekonomi Makro yang telah memberikan
tugas ini kepada saya.
Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah saya buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan.
Bandar
Lampung, 07 Juni 2017
Penulis,
Muhammad
Romi
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Bank
Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar
dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April 2017. Posisi M2 tercatat
sebesar Rp5.042,1 triliun atau tumbuh 10,0% (yoy), meningkat dibandingkan
pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 9,9%.
Peredaran
uang yang meningkat di masyarakat merupakan salah satu faktor penyebab inflasi
dan hal ini mendorong meningkatnya harga-harga barang dan jasa pada suatu
negara.
Bank
Indonesia (BI) menilai inflasi untuk Mei 2017 sebesar 0,39 persen tergolong
cukup tinggi. Padahal pada April, inflasi tercatat hanya berada pada level 0,09
persen secara month to month (mtm) dan 4,17 persen secara year to year (yoy).
Dan kemungkinan besar hal ini akan terus meingkat seiring terdapat moment
ramadhan dan hari raya Idul Fitri, harga-harga cenderung melonjak naik pada
umum nya.
Dalam
hal ini, BI sebagai bank sentral Indonesia memiliki kebijakan moneter demi
menjaga kestabilan inflasi yang berdampak pada pertumbuhan perekonomian
Indonesia.
Penulis
akan mencoba membahas apa saja instrumen kebijakan moneter yang dilakukan BI
untuk mengatur perederan uang dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia.
1.2
Tujuan
Mengetahui Dampak Instrumen-Instrumen Kebijakan Moneter BI Terhadap
Perekonomian Indonesia.
1.3
Rumusan Masalah
·
Mengetahui Peredaran
Uang Dan Inflasi Di Indonesia.
·
Memahami Kebiijakan
Moneter.
·
Memahami Instrumen
Kebijakan Moneter
·
Mengetahui Pengaruh Open
Market Operatians Terhadap Inflasi
·
Mengetahui Pengaruh
Kebijakan Moneter BI Terhadap Perekonomian Indonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA
2.1.1 Pengertian Uang Beredar
Uang
Beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank
Perkreditan Rakyat/BPR) terhadap sektor swasta domestik (tidak termasuk
pemerintah pusat dan bukan penduduk). Kewajiban yang menjadi komponen Uang
Beredar terdiri dari uang kartal yang dipegang masyarakat (di luar Bank Umum
dan BPR), uang giral, uang kuasi yang dimiliki oleh sektor swasta domestik, dan
surat berharga selain saham yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki
sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Uang
Beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1
meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro
berdenominasi Rupiah), sedangkan M2 meliputi M1, uang kuasi (mencakup tabungan,
simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing), dan
surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta
domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
2.1.2 Faktor faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang
yang beredar
1.
Pendapatan Masyarakat
Pendapatan
masyarakat akan mempengaruhi peredaran uang. Apa bila jumlah pendapatan yang
diperoleh mesyarakat semakin tinggi maka jumlah uang yang beredar di masyaarkat
juga semakin tinggi. Sebaliknya, jika pendapatan masyarakat semakin rendah,
maka jumlah uang yang beredar juga semakin sedikit.
2.
Jumlah Penduduk
Jumlah
penduduk memang menentukan cepatnya jumlah uang yang beredar pada masayarakat
yang jumlah penduduknya padat. Jumlah uang yang beredar akan semakin banyak.
Berbeda halnya dengan masyarakat yang jumlah penduduknya sedikit, jumlah uang yang
beredarpun semakin sedikit.
3.
Tingkat Suku Bunga
Semakin
tinggi tingkat suku bunga, jumlah uang yang beredar semakin edikit, hal ini
dikarenakan masyarakat lebih senang menyimpan uangnya di bank. Sedangkan ketika
tingkat suku bunga turun, jumlah uang yang beredar semakin banyak. Hal inid
isebabkan karena orang lebih suka menggunakan uangnya untuk konsumsi dari pada
menabung sebab bunga di bank turun.
4.
Harga Barang
Apabila
harga harga naik maka jumlah uang yang beredar semakin banyak karena orang
lebih banyak mambutuhkan uang untuk membeli barang.
5.
Selera masyarakat
Selera
masyarakat dapat mempengaruhi jumlah uang
yang beredar di masyarakat. Ketika selera masyarakat terhadap suatu
barang tertentu tinggi maka jumlah uang yang beredar akan semakin banyak.
Begitu juga sebaliknya.
2.1.3 Analisis Jumlah Uang Beredar di Indonesia
•
Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2)
mengalami akselerasi pada April 2017. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1 triliun
atau tumbuh 10,0% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar
9,9% (yoy). Berdasarkan komponennya, akselerasi M2 bersumber dari meningkatnya
pertumbuhan komponen uang kuasi dari 8,6% (yoy) pada Maret 2017 menjadi 8,7%
(yoy).
•
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, peningkatan pertumbuhan M2 terutama
dipengaruhi oleh peningkatan aset finansial luar negeri bersih dan peningkatan
penyaluran kredit. Aktiva Luar negeri mencapai posisi Rp1.423,1 triliun
meningkat sebesar 20,5% (yoy), lebih tinggi dari bulan Maret 2017 sebesar 17,6%
(yoy). Kenaikan tersebut sejalan dengan kenaikan cadangan devisa di bulan April
2017. Kredit yang disalurkan oleh perbankan pada April 2017 tercatat sebesar
Rp4.414,6 triliun atau tumbuh 9,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 9,1% (yoy).
•
Suku bunga kredit bergerak relatif stabil sementara suku bunga simpanan terus
menurun pada April 2017. Rata-rata suku bunga kredit tercatat sebesar 11,92%,
meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 11,90%. Sementara itu, suku
bunga simpanan berjangka dengan tenor 1, 3, dan 6 bulan masing-masing tercatat
sebesar 6,37%, 6,64%, dan 7,02%, turun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar
6,44%, 6,69%, dan 7,03%. Sementara itu suku bunga simpanan bertenor 12
bulan
stabil pada 7,10%
2.1.4 Dampak Jumlah Uang Beredar
Jumlah
uang beredar berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat jumlah
uang beredar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. jumlah
uang beradar berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Apabila terjadi kelebihan jumlah uang beredar, Bank Indonesia akan mengambil
kebijakan (menurunkan) tingkat suku bunga. Kondisi ini mendorong para investor
untuk melakukan investasi, yang pada akhirnya akan menciptakan kenaikan output
dan memicu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, permintaan uang akan memiliki
hubungan negatif terhadap output, meningkatnya permintaan uang akan berdampak
pada peningkatan tingkat suku bunga dan pada akhirnya berakibat pada penurunan
output.
Untuk
menjaga kestabilan nilai mata uang, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter
diberikan beberapa wewenang dalam melakukan tugasnya. Dengan merumuskan dan
melaksanakan kebijakan moneter untuk mengendalikan uang beredar dan suku bunga
dalam perekonomian agar dapat mendukung pencapaian tujuan kestabilan nilai uang
tidak boleh dilakukan secara fleksibel.
Hal ini akan mempersulit dan menyebabkan aktivitas ekonomi menjadi
terkendala dan lesu jika Bank Indonesia terlalu intervensi dalam hal
pengendalian jumlah uang beredar. Sebaliknya, pengendalian uang beredar dan
suku bunga tidak boleh terlalu longgar karena akan menyebabkan tidak terpeliharanya
kestabilan nilai uang, yang akan mendorong merosotnya kepercayaan masyarakat
dan mempersulit perencanaan bisnis para pengusaha. Hasil analisa dan pemantauan
yang dilakukan oleh bank sentral kemudian akan digunakan dalam melaksanakan
kebijakan moneternya baik melalui pengendalian jumlah uang beredar dan suku
bunga.
Terdapat
hubungan jangka panjang yang stabil antara kebijakan pemerintah dan pertumbuhan
ekonomi. Dalam jangka pendek, jumlah uang beredar dan kredit sebagai variabel
moneter memiliki hubungan jangka pendek dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini
berarti dalam periode yang sama, jumlah uang beredar akan berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi.
2.2 KEBIJAKAN
MONETER BI
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan
uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi,
mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Bank Indonesia memiliki
tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini
sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki
kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran
moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga
sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional,
pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen,
antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta
asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan
pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan
cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.
Adapun tujuan dari kebijaksanaan moneter :
1.
Pendapatan nasional yang tinggi agar pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
2.
Kesempatan kerja yang cukup tinggi agar tingkat pengangguran rendah
3.
Kestabilan harga atau laju inflasi yang rendah
4. Neraca
pembayaran internasional yang seimbang
5. Distribusi
pendapatan yang merata
2.2.1 Jenis
Jenis Kebijakan Moneter
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat
diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
Ø
Kebijakan moneter
ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah
uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan
meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian
mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter
longgar (easy money policy).
Ø
Kebijakan Moneter
Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah
uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami
inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)
2.2.2 Instrumen
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan
instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :
Ø
Operasi Pasar Terbuka
(Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang
yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government
securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli
surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada
masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau
singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat
Berharga Pasar Uang.
Ø
Fasilitas Diskonto
(Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang
beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum
kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank
sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat
bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang
yang beredar berkurang.
Ø
Rasio Cadangan Wajib
(Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang
beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan
pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan
rasio.
Ø
Imbauan Moral (Moral
Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur
jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi.
Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar
bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar
pada perekonomian.
2.2.3 Dampak Kebijakan Moneter
Kebijakan
Moneter: kebijakan yang dipegang secara independen oleh Bank Indonesia dalam
hal menjaga kestabilan harga-harga atau dengan kata lain menjaga tingkat
inflasi yang rendah. Bank Indonesia memang diperlukan independen sebab kalau
tidak maka tujuan utama kebijakan moneter tak bisa dicapai. Misalnya saja Bank
Indonesia mendapatkan intervensi dari pemerintah, maka yang terjadi adalah
inflasi semakin tinggi.
Ada
beberapa sifat dalam kebijakan moneter, antara lain
1. Kontraktif
o Mengurangi
Jumlah Uang Beredar
o Mengatasi
Inflasi
2. Ekspansif
o Menambah
Jumlah Uang Beredar
o
Memicu pertumbuhan Ekonomi
Kebijakan
Moneter tidak langsung:
Ø
Cadangan Wajib minimum ((Reserve Requirement Ratio)
:Persentase cadangan yang harus disimpan oleh bank sentral
- Cash Ratio naik – kredit turun – JUB
turun
- Cash Ratio turun – kredit naik – JUB
naik
Ø Suku
Bunga ( The Diskonto Rate)
- Suku bunga naik - kredit turun - JUB
turun
- Suku bunga turun – kredit naik – JUB
naik
Ø Operasi
Pasar Terbuka (Open Market Operation)
- BI menjual SBI-JUB di masyarakat naik
- BI membeli SBI- JUB di masyarakat
turun
Keterangan:
SBI
= Sertifikat Bank Indonesia
JUB=
Jumlah Uang Beredar
2.2.4 Indikator Keberhasilan Dari 3 Instrumen
Kebijakan Moneter
Untuk
mengukur atau sebagian acuan, apakah kebijakan tersebut berhasil atau tidak.
Dalam perekonomian beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk menilai
kebijakan moneter adalah:
· Jumlah Uang Beredar (JUB)
· Laju inflasi yang cukup rendah terkendali.
· Suku bunga pada tingkat yang wajar.
· Nilai tukar rupiah yang realistis.
· Ekspetasi/harapan masyarakat terhadap
moneter.
Dengan
alasan ini, berikut ini akan dijelaskan secara ringkas dari keempat indikator
tersebut.
Ø Laju
Inflasi
Bagi
dunia perbankan laju inflasi yang tinggi akan menimbulkan kesulitan bagi Bank
untuk mengerahkan dana masyarakat, karena dengan inflasi yang tinggi tersebut,
tingkat bunga riil (bunga nominal inflasi) akan menurun, sehingga mengurangi
keinginan masyarakat untuk menyimpaan kekayaannya dalam bentuk perbankan. Dampak
selanjutnya adalah, bunga riil yang menurun jika dibandingkan tingkat bunga
riil di luar negeri akan memicu larinya dana masyarakat ke luar negeri, karena
dirasakan masyarakat lebih menguntungkan menyimpan dananya diluar negeri. Kedua
dampak inflasi diatas akan menyebabkan Perbankan kekurangan dana yang berasal
dari masyarakat, dan ini berarti kemampuan Bank dalam menyediakan dana untuk
investasi juga turut berkurang, akibatnya laju pertumbuhan ekonomi dan produksi
juga akan melambat.
Selain
itu, inflasi yang tinggi juga akan memicu ketidakpastian dalam banyak aktifitas
ekonomi masyarakat, khususnya dalam hal perencanaan dan operasional perusahaan,
termasuk dalam perbankan.
Ø Suku
Bunga
Tingginya
suku bunga memang akan menambah keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya di
Bank, namun disisi lain, tingginya suku bunga tersebut akan mengurangi niat
dunia usaha yang mengambil kredit bagi pengembangan usahanya. Akibatnya dana
yang sudah terlanjur masuk ke perbankan dengan adanya bunga tinggi tersebut,
tidak dapat tersalurkan dan menimbulkan permasalahan baru bagi perbankan,
yakni, kemana dana masyarakat itu akan di salurkan? Apabila masalah ini tidak
segera mendapat jalan keluar, maka perbankan terancam akan mendapatkan masalah
likuiditas dan tentu saja masalah penghasilan dari bunga yang seharusnya di
peroleh.
Dengan
penjelasan yang sedikit berbeda, rendahnya tingkat bunga memang akan mendorong
banyak pelaku dunia usaha untuk mengambil dana di perbankan, namun karena
rendahnya tingkat bunga tersebut, apalagi bila dibandingkan dengan tingkat
bunga di luar negeri, masyarakat akan lebih tertarik menyimpan dananya di
perbankan luar negeri, sehingga perbankan dalam negeri akan kekurangan dana
yang sedah dibutuhkan oleh dunia usaha. Lebih jauh lagi adalah terhambatnya
investasi yang terjadi di sektor industri karena kesulitan mendapat dana,
sehingga produksi akan melambat.
Ø Nilai
Tukar Rupiah
Nilai
tukar yang stabil akan lebih memberi iklim kepastian bagi semua pelaku usaha,
termasuk sektor perbankan, dunia usaha dan masyarakat. Nilai tukar rupiah yang
rendah saat ini dapat di jadikan saat yang baik dunia usaha yang berorientasi
ekspor, dan ini dapat memicu peningkatan permintaan kredit dari dunia usaha
untuk melanjutkan dan meningkatkan produk ekspornya. Dengan kejadian ini
tentunya akan menguntungkan dunia
perbankan.
Penyesuaian
nilai tukar yang terlalu cepat akan sangat merugikan karena hal ini dapat
mendorong bergeraknya aliran dana masyarakat ke luar negeri. Dengan demikian
anatara nilai tukar dan indikator kebijakan moneter lainnya memiliki hubungan
yang sangat erat, khususnya bagi kebijakna pemerintah yang sedang di tempuh
untuk menstabilkan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Ø Ekspektasi/harapan
Masyarakat
Meskipun
lebih sulit untuk di ukur, namun ekspetasi masyarakat mulai mendapat perhatian
besar dalam rangka pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia. Ekspektasi
umumnya terjadi melalui ekspektasi masyarakat terhadap tingkat inflasi dan ekspektasi terhadap nilai tukar.
Ekspektasi
masyarakat yang berlebihan terhadap besaran inflasi akan mendorong semakin
tingginya harga-harga, sehingga akan mengurangi tingkat konsumsi dan daya saing
produk dalam negeri yang akan ekspor.
Sementara
itu, ekspektasi masyarakat yang negatif terhadap nilai tukar akan berdampak
pada menurunnya kepercayaan masyarakat pada mata uang rupiah. Sehingga dapat
memicu dana masyarakat ke luar negeri. Apabila hal ini terjadi, maka seperti
telah dijelaskan di awal, maka perbankan akan kesulitan dalam menghimpun dana
masyarakat yang sangat diperlukan untuk keperluan investasi dunia usaha.
\
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kebijakan
moneter adalah kebijakan pemerintah yang menyangkut tentang pengaturan jumlah
uang yang beredar dan penawaran uang pada suatu negara. Terdapat dua jenis
kebijakan moneter, yaitu kebijakan moneter ekspansif (easy moneter policy) dan
kebijakan moneter konstraktif (tight moneter policy). Dalam penerapan kebijakan
moneter, pemerintah memakai beberapa instrumen antara lain Open Market
Operation, reserve requirement, dan the Discount rate.
Tujuan
utama kebijakan moneter adalah menjaga kestabilan ekonomi suatu negara. Dalam pelaksanaannya,
Bank Indonesia bersama pemerintah membuat keputusan dengan menggunakan
instrumen kebijakan moneter dalam mengatasi masalah perekonomian yang ada di
Indonesia. Semua itu diupayakan agar tercapainya stabilisasi ekonomi, antara
lain kesempatan kerja, kestabilan harga, dan neraca pembayaran Internasional.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Bi.go.id
2. http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-jenis-tujuan-moneter
macam-macam.html
3. http://www.organisasi.org/1970/01/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskal-instrumen-serta-penjelasannya.html
4. http://www.kompasiana.com/chubby.100612/analisis-kebijakan-moneter-dan-perbankan_552993776ea834f407552d69
0 comments: